Perihal kedatangan ke Pulau
Lombok tidak jelas. Berdasarkan penuturan TGH
Najamuddin Ma’mun (Pengasuh PP Darul
Muhajirin, Praya, Lombok Tengah) menuliskan dalam bahasa
sasak tulisan Arab Melayu. Wali Nyatoq datang dari arah barat dan menamakan
dirinya Raden Datang. Kisah Raden Datang seringkali dikaitkan dengan cerita
Mamiq Butuh dan Inaq Butuh alias Amaq
Bangkol dan Inaq Bangkol. Sekitar tahun 1800-an
di zaman kerajaan Karangasem
yang dipimpin oleh Anak Agung Gede Djelantik dan masih
menguasai Lombok. Disebutkan sebuah cerita tentang
kedatangan Raden Datang yang mampir ke Pondok Mamiq
Butuh yang tinggal di desa Rembitan, Pujut Lombok
Tengah. Mamiq Butuh adalah seorang penggembala kerbau.
Kedatangan Raden Datang secara
tiba-tiba yang sebelumnya didahului oleh kedatangan
Raden Farnas. Ketika itu, Mamiq Butuh sangat bersedih dengan
linangan air mata karena ditinggalkan pergi oleh Raden farnas.
Raden farnas adalah anak angkatnya dan tinggal bersamanya selama 8 tahun,
akan tetapi kemudian Raden Farnas secara tiba-tiba menghilang. Di tengah
kesedihan Mamiq Butuh, tiba-tiba datanglah seorang pemuda yang
sebelumnya dianggap Raden Farnas. Tetapi
sebenarnya adalah Raden Datang. Setelah lama bercerita Raden
Datang diperkenankan untuk tinggal bersama Mamiq Butuh dan diangkat
menjadi anak angkat. Selang beberapa waktu
kemudian Raden Farnas akhirnya kembali pulang. Mamiq Butuh sangat
senang dan sangat terhibur hatinya berarti kini ia telah
mempunyai dua anak angkat untuk membantu
menggembalakan kerbaunya.
Hubungan Raden Farnas dan
Raden Datang sangat dekat layaknya seorang
saudara kandung. Mamiq Butuh sangat berbahagia meskipun ia tidak memiliki
keturunan tetapi Allah SWT mengkaruniakannya dua orang pemuda. Kasih sayang
yang diberikan kepada kedua pemuda itu layaknya seperti anak
kandungnya sendiri. Keduanya terkenal sangat ulet dan
rajin. Ketekunan dan kerajinan Raden Farnas dan
raden Datang dalam menggembalakan kerbau menjadi buah
bibir masyarakat di desa Rembitan. Kedua pemuda
itu sedikitpun tidak pernah mengeluh, teman-teman sesama penggembala sangat
senang berkawan dengan keduanya. Raden
farnas dan Raden Datang pun sangat
menghargai teman-temannya, sikap dan tutur
katanya selalu dijaga agar tidak menyinggung perasaan
orang lain.
Setelah tujuh tahun bersama
Mamiq Butuh, Raden Datang mengajukan permintaan
kepada ayah angkatnya. Ia meminta untuk
dikhitan. Permintaan tersebut disambut gembira. Bukan hanya Raden
Datang yang dikhitan tetapi Raden Farnas juga ikut dikhitan. Pada
hari Kamis, tganggal 12 (tidak disebutkan tahunnya)
dilangsungkan acara khitanan yang sangat meriah. Berbagai acara hiburan
didatangkan untuk menghibur para tamu undangan yang
datang. Suguhan berbagai macam makanan
serta suara tetabuhan gendang beleq, rebana
terdengar bertalu-talu mengiringi kebahagiaan masyarakat
Rembitan pada waktu itu. Banyak kemudian masyarakat setempat mengikuti tatacara
upacara seperti yang dilakukan Mamiq Butuh.
Masuknya ajaran agama Islam
yang mereka terima hanya sebatas keimanan,
ajaran itupun belum terlalu sempurna, mereka menganut ajaran
kepercayaan Wetu Telu dan pengaruh budaya
animisme dan dinamisme yang masih kental. Adapun
kemudian yang mengikuti acara khitanan seperti itu adalah Aman, Dona,
Demin, Leman, Brahim, Samaq, Beruraq, Bika, dan Lembain. Mereka adalah teman
dekat Raden Datang sesama penggembala kerbau. Tahun-tahun berikutnya banyak
yang mengikuti tradisi tersebut.
Lima tahun setelah dikhitan,
tepatnya pada hari Kamis tanggal 13 bulan Rajab.
Raden farnas dan Raden Datang mengajak teman-teman untuk bermain layang-layang
di sebuah padang yaitu Lendang Batu Beleq yaitu di sebelah selatan desa
Rembitan. Ketika layang-layang naik dengan kencang
Raden Datang menyuruh Raden Farnas untuk
memegang tali layang-layang,
seketika itu juga Raden Farnas melesat ke
atas bersama layang-layang. Ketika di atas
Raden Farnas melihat sekumpulan orang
mengelilingi kotak hitam dan mengelilinginya.
Akhirnya dijawab oleh Raden Datang bahwa
yang dilihat itu adalah Ka’bah dan orang yang keliling itu adalah sedang
bertawaf mengelilingi Ka’bah. Kejadian inipun
disaksikan secara nyata oleh teman-temannya
dan apa yang dilihat adalah sama seperti yang dilihat oleh raden
Farnas.
Kejadian ganjil berikutnya
adalah Raden datang menyruh Raden Farnas untuk
menunggu kerbaunya sementara ia mau pergi shalat Jum’at di Makkah dan berjanji
akan membawakan teman-temannya Bagek Mekah (kurma). Tiga jam kemudian Raden
Datang kembali dengan membawa sekarung kurma
yang dijanjikan kepada teman-temannya. Para sahabatnya
kembali terheran-heran dan menanyakan tentang Makkah, shalat Jum’at, akan
tetapi Raden Datang kemudian menjelaskan secara rinci. Berita ini kemudian
tersiar sampai ke pelosok desa dan kampung.
Berita tentang karomah dan kewalian Raden Datang
membuat masyarakat Rembitan terkagum-kagum dan mereka mulai mempercayai bahwa
Raden Datang benar-benar seorang Waliyullah.
Semenjak peristiwa itu, masyarakat
desa Rembitan semakin tunduk serta yakin
dengankeshalehan Raden Datang. Sebagai seorang wali beliau memiliki kharomah
yang tinggi, kekaroimahan yang sulit ditunjukkan
dengan pikiran waras. Kelebihan yang diberikan
oleh sang pencipta menembus batas akal
pikiran sehat, logika . masyarakat mulai mengikuti sikap dan
prilaku Raden Datang yang biasa shalat Jum’at. Raden Datang kemudian mengajak
masyarakat untuk membangun masjid. (Masjid tersebut
terletak di sebuah Gunung di desa Rembitan).
Setelah sekian lama bersama Mamiq Butuh kesedihanpun
mulai menimpa Raden Datang. Mamiq Butuh sakit-sakitan
kemudian meninggal dunia. Selang tujuh tahun
kemudian Inaq Butuhpun meninggal dunia.
Belum kering air mata kesedihan Raden Datang,
tujuh tahun kemudian Raden Farnas menyusul. Hari-hari dilaui seperti biasanya
menggembala kerbau bersama teman-temannya.
Pada suatu ketika Raden Datang
menunjukkan gelagat yang aneh. Ia menggali lubang. Prilaku ini menimbulkan
keheranan bagi teman-temannya. Ia berpesan “lakukanlah apa yang
menjadi pekerjaan kalian. Aku hanya ingin istirahat dalam lubang tanah ini”.
Iapun masuk ke dalam lubang, sampai tiga kali teman-temannya
memeriksanya tetapi ia masih terlihat
sedang tertidur. Tetapi keempat kalinya setelah
waktu Isya. Raden datang menghilang dari
tempat pembaringannya. Masyarakat Rembitan sangat
sedih dengan berita menghilangnya Raden Datang.
Karomah dan kewaliannya betul-betul nyata
sehingga disebut “Wali Nyatoq”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar